Sebuah Renungan Dari Penantian Waktu Berbuka Puasa
Sobat! Di bulan Ramadhan ini, setiap muslim memiliki tradisi baru yaitu menantikan detik-detik matahari terbenam yang menandai datangnya malam dan kepergian siang. Ada satu alasan anda menantikan terbenamnya matahari, yaitu pada waktu itu anda diizinkan untuk berbuka puasa.
Dan biasanya pula, untuk menyambut terbenamnya matahari ini, istri atau ibu anda menyiapkan menu makanan dan minuman yang lezaat. Terlebih lagi anda menyantap hidangan dan minuman itu setelah sesiangan menahan rasa lapar dan dahaga. Padahal sepenuhnya anda menyadari, tanpa anda nantikan matahari pasti terbenam, dan tanpa istri atau ibunda mempersiapkan hidangan atau minuman, mentari pasti terbenam.
Anda bisa bayangkan, bagaimana perasaan anda bila setelah penantian yang cukup melelahkan, anda membuka tutup saji hidangan yang terletak di meja makan, ternyata anda tidak menemukan secuil makanan dan setetes air minuman. Kira kira, apa dan bagaimana perasaan anda? Kecewa, konyol, marah dan duka yang mendalam. Bukankah demikian?
Sobat! Kondisi di atas sejatinya adalah ilustrasi sederhana tentang ajal yang saat ini tidak anda nantikan namun pasti datang menjemput anda. Saat ini, selama anda menjalani kehidupan di dunia, sejatinya anda sedang berpuasa, menahan diri dari berbagai kenikmatan yang menanti anda di surga kelak. Kehidupan dunia ini bagaikan puasa yang saat ini anda jalankan, dan tidak lama lagi mentari kehidupan anda pastilah berakhir dan terbenam. Namun sudahkah anda menyiapkan hidangan lezat dan minuman segar yang akan anda santap setelah anda memejamkan mata kehidupan di dunia dan membuka mata di kehidupan di akhirat?
Bila ibadah puasa dengan menahan diri dari kenikmatan dunia menjadikan anda dan keluarga anda sadar untuk menyiapkan sajian berbuka, maka mengapa selama ini perintah Allah kepada anda untuk menahan diri dari syahwat dan kenikmatan haram seakan belum menggugah anda dari kelalaian panjang dari menyiapkan sajian untuk berbuka di akhirat kelak? Mungkinkah anda lebih siap untuk menahan rasa kecewa dan duka yang akan menimpa anda ketika kelak membuka mata di alam kubur, melebihi kesiapan anda untuk menahan kecewa dan duka karena setelah mentari dunia terbenam anda tidak menemukan secuil hidangan atau setetes minuman? Renungkan baik baik sobat! Dan simak firman Allah Ta’ala berikut, semoga anda segera terjaga dari kelalaian anda yang telah berkepanjangan:
)أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ(
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al Hadid 16).
***
Penulis: Ust. Dr. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.
Artikel Muslim.or.id
🔍 Doa Adalah Ibadah, Ciri Gangguan Jin, Hukum Balas Dendam Dalam Islam, Arti Gelar Lc Dan Ma, Dalil Iman Kepada Hari Akhir
Artikel asli: https://muslim.or.id/25959-sebuah-renungan-dari-penantian-waktu-berbuka-puasa.html